5 Model Pembelajaran Ini Cocok Diterapkan Dalam Kurikulum Merdeka

5 Model Pembelajaran Ini Cocok Diterapkan Dalam Kurikulum Merdeka


Salah satu penentu keberhasilan dalam pembelajaran model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam kurikulum merdeka ada beberapa model pembelajaran yang cocok digunakan guru dalam menyamapaikan materi pembelajaran. 



Kurikulum Merdeka menjadi perhatian utama bagi dunia pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini menekankan pada pengembangan keterampilan siswa untuk memperkuat kemandirian mereka dalam belajar. Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum ini adalah dengan menggunakan model-model pembelajaran yang interaktif, kreatif, dan partisipatif. Berikut adalah beberapa model pembelajaran yang cocok dalam kurikulum merdeka:


1. Project-Based Learning (PBL)

PBL adalah model pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran melalui proyek. Dalam PBL, siswa akan memecahkan masalah nyata dengan mengembangkan proyek atau produk yang relevan dengan kehidupan nyata. Model pembelajaran ini sangat cocok dalam Kurikulum Merdeka karena siswa diberikan kesempatan untuk memperkuat keterampilan sosial, empati, dan kolaborasi mereka.

PBL merupakan model pembelajaran yang fokus pada pemecahan masalah nyata yang terkait dengan konteks dunia nyata. Dalam PBL, siswa ditantang untuk berpartisipasi aktif dalam mengembangkan proyek dan menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.

Dalam penerapannya, PBL dapat membantu siswa dalam mengembangkan berbagai keterampilan, seperti keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. PBL juga dapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran dengan lebih baik karena mereka harus memahami dan menerapkan materi pelajaran secara konkret dalam pemecahan masalah nyata.

Salah satu contoh penerapan PBL dalam kurikulum merdeka adalah pada mata pelajaran IPA. Guru dapat merancang proyek yang terkait dengan permasalahan lingkungan hidup di sekitar sekolah, seperti pengelolaan sampah, penghematan energi, atau pengelolaan air bersih. Siswa akan bekerja dalam kelompok untuk mengembangkan solusi untuk permasalahan yang mereka temukan. Proses ini melibatkan pencarian informasi, pengambilan keputusan, dan kolaborasi antara siswa dalam kelompok.

Selain itu, PBL juga dapat diterapkan pada mata pelajaran IPS dengan merancang proyek yang terkait dengan permasalahan sosial di masyarakat, seperti kemiskinan, kesehatan, atau pendidikan. Siswa akan belajar tentang isu-isu sosial ini dan bekerja sama untuk mencari solusi yang efektif. Proses ini melibatkan pengembangan keterampilan sosial dan empati, yang akan membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan interpersonal yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam penerapannya, guru harus mengikuti beberapa langkah dalam merancang proyek PBL, yaitu:

- Menentukan topik proyek yang relevan dengan materi pelajaran.

- Memberikan panduan dan arahan yang jelas tentang tujuan proyek dan kriteria penilaian.

- Memberikan waktu yang cukup untuk siswa untuk melakukan riset dan pengumpulan data.

- Memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkolaborasi dan bekerja sama dalam kelompok.

- Memberikan bimbingan dan umpan balik kepada siswa selama proses pembelajaran.


Dalam merancang proyek PBL, guru harus memastikan bahwa proyek tersebut terkait dengan materi pelajaran dan dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan yang relevan. Guru juga harus memberikan dukungan dan bimbingan kepada siswa selama proses pembelajaran.


2. Problem-Based Learning (PrBL)

PrBL adalah model pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran melalui pemecahan masalah. Dalam PrBL, siswa diberikan masalah atau tantangan yang terkait dengan kehidupan nyata. Siswa kemudian diminta untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka pelajari. Model pembelajaran ini sangat cocok dalam Kurikulum Merdeka karena siswa akan memperoleh keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang sangat penting.

Problem-Based Learning (PrBL) adalah salah satu model pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran melalui pemecahan masalah. Model ini sangat sesuai dengan Kurikulum Merdeka yang menekankan pada pengembangan keterampilan siswa untuk memperkuat kemandirian mereka dalam belajar. Dalam artikel ini, akan dibahas tentang penerapan model pembelajaran Problem-Based Learning dalam Kurikulum Merdeka.

Pada dasarnya, model pembelajaran PrBL mengajarkan siswa untuk memecahkan masalah nyata melalui langkah-langkah yang sistematik. Langkah pertama adalah identifikasi masalah. Dalam langkah ini, siswa diajak untuk mengidentifikasi masalah yang terkait dengan kehidupan nyata. Masalah yang diidentifikasi harus dapat memicu rasa ingin tahu siswa dan relevan dengan materi yang akan dipelajari.

Langkah berikutnya adalah analisis masalah. Siswa diajak untuk memahami lebih dalam tentang masalah yang telah diidentifikasi. Hal ini dilakukan dengan menganalisis berbagai faktor yang terkait dengan masalah tersebut. Setelah itu, siswa diminta untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Langkah selanjutnya adalah merumuskan hipotesis. Dalam langkah ini, siswa diminta untuk merumuskan hipotesis atau dugaan-dugaan yang mungkin terkait dengan masalah yang telah diidentifikasi. Hipotesis yang dirumuskan harus didasarkan pada data dan informasi yang telah dikumpulkan.

Langkah berikutnya adalah mengembangkan solusi. Siswa diajak untuk mengembangkan solusi yang dapat menyelesaikan masalah yang telah diidentifikasi. Solusi yang dikembangkan harus dapat diterapkan dalam kehidupan nyata dan didasarkan pada hipotesis yang telah dirumuskan.

Langkah terakhir adalah evaluasi dan refleksi. Siswa diajak untuk mengevaluasi solusi yang telah dikembangkan dan merefleksikan hasil yang telah dicapai. Evaluasi dan refleksi dilakukan untuk memastikan bahwa solusi yang dikembangkan dapat menyelesaikan masalah yang telah diidentifikasi dengan baik.

Penerapan model pembelajaran PrBL dalam Kurikulum Merdeka memiliki beberapa keuntungan. Pertama, siswa akan memperoleh keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang sangat penting dalam kehidupan nyata. Keterampilan ini akan membantu siswa dalam menghadapi berbagai masalah yang dihadapi di masa depan.

Kedua, model pembelajaran PrBL dapat memperkuat keterampilan sosial, empati, dan kolaborasi siswa. Dalam PrBL, siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Hal ini akan memperkuat keterampilan kolaborasi dan komunikasi siswa.

Ketiga, model pembelajaran PrBL dapat memperkuat motivasi belajar siswa. Dalam PrBL, siswa diajak untuk memecahkan masalah nyata yang relevan dengan kehidupan mereka. Hal ini akan memicu rasa ingin tahu siswa dan meningkatkan motivasi belajar mereka.


3. Discovery Learning

Discovery Learning atau Pembelajaran Penemuan adalah salah satu model pembelajaran yang menekankan pada pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengalami, mengeksplorasi, dan menemukan konsep atau prinsip pembelajaran sendiri. Model ini sangat cocok untuk diterapkan dalam Kurikulum Merdeka yang menekankan pada pengembangan keterampilan siswa untuk memperkuat kemandirian mereka dalam belajar.

Dalam model Discovery Learning, siswa diberi kesempatan untuk menemukan dan memperoleh pengetahuan melalui pengamatan, eksperimen, tanya jawab, dan penemuan sendiri. Guru berperan sebagai fasilitator dan memberikan panduan atau petunjuk yang diperlukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

Penerapan model Discovery Learning dalam Kurikulum Merdeka memiliki beberapa keuntungan. Pertama, siswa akan memperoleh pengalaman langsung dalam memperoleh pengetahuan. Dengan pengalaman langsung ini, siswa dapat memahami konsep atau prinsip pembelajaran dengan lebih baik.

Kedua, model Discovery Learning dapat memperkuat keterampilan kognitif siswa, seperti berpikir kritis, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam model ini, siswa diajak untuk mengeksplorasi konsep atau prinsip pembelajaran secara aktif dan mandiri. Hal ini akan memperkuat keterampilan kognitif siswa yang sangat penting dalam kehidupan nyata.

Ketiga, model Discovery Learning dapat memperkuat keterampilan sosial dan emosi siswa. Dalam model ini, siswa diajak untuk bekerja sama, berdiskusi, dan berbagi ide dengan teman-teman mereka. Hal ini akan memperkuat keterampilan sosial dan emosi siswa, seperti kerjasama, komunikasi, empati, dan pengambilan keputusan.

Keempat, model Discovery Learning dapat memperkuat motivasi belajar siswa. Dalam model ini, siswa diberi kesempatan untuk mengalami dan menemukan konsep atau prinsip pembelajaran sendiri. Hal ini akan memicu rasa ingin tahu siswa dan meningkatkan motivasi belajar mereka.

Penerapan model Discovery Learning dalam Kurikulum Merdeka dapat dilakukan melalui beberapa langkah. Pertama, guru perlu menentukan konsep atau prinsip pembelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Selanjutnya, guru dapat memberikan pengantar singkat tentang konsep atau prinsip tersebut.

Kemudian, siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi konsep atau prinsip pembelajaran melalui pengamatan, eksperimen, tanya jawab, dan penemuan sendiri. Guru dapat memberikan panduan atau petunjuk yang diperlukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

Setelah itu, siswa diminta untuk merefleksikan hasil yang telah dicapai. Refleksi ini dilakukan untuk memastikan bahwa siswa telah memahami konsep atau prinsip pembelajaran dengan baik. Selain itu, refleksi juga dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan evaluasi.


4. Collaborative Learning

Collaborative Learning atau Pembelajaran Kolaboratif adalah salah satu model pembelajaran yang menekankan pada kerjasama dan interaksi antara siswa dalam belajar. Model ini sangat cocok untuk diterapkan dalam Kurikulum Merdeka yang menekankan pada pengembangan keterampilan sosial siswa untuk memperkuat kemandirian mereka dalam belajar.

Dalam model Collaborative Learning, siswa dikelompokkan ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari beberapa siswa. Setiap kelompok belajar diberikan tugas atau proyek untuk diselesaikan secara bersama-sama. Selama proses belajar, siswa diberi kesempatan untuk saling berinteraksi, berdiskusi, dan berbagi ide.

Penerapan model Collaborative Learning dalam Kurikulum Merdeka memiliki beberapa keuntungan. Pertama, siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dan bermakna. Dalam model ini, siswa dapat berbagi ide dan pengalaman dengan teman-teman mereka, sehingga membuat mereka lebih terlibat dalam proses belajar.

Kedua, model Collaborative Learning dapat memperkuat keterampilan sosial dan emosi siswa. Dalam model ini, siswa diajak untuk bekerja sama, berdiskusi, dan berbagi ide dengan teman-teman mereka. Hal ini akan memperkuat keterampilan sosial dan emosi siswa, seperti kerjasama, komunikasi, empati, dan pengambilan keputusan.

Ketiga, model Collaborative Learning dapat memperkuat keterampilan kognitif siswa, seperti berpikir kritis, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam model ini, siswa diajak untuk berdiskusi dan berbagi ide dengan teman-teman mereka. Hal ini akan memperkuat keterampilan kognitif siswa yang sangat penting dalam kehidupan nyata.

Keempat, model Collaborative Learning dapat memperkuat motivasi belajar siswa. Dalam model ini, siswa dapat saling memberi dukungan dan dorongan untuk mencapai tujuan belajar bersama-sama. Hal ini akan meningkatkan motivasi belajar siswa dan memicu rasa ingin tahu mereka.

Penerapan model Collaborative Learning dalam Kurikulum Merdeka dapat dilakukan melalui beberapa langkah. Pertama, guru perlu menentukan tugas atau proyek yang akan diselesaikan oleh siswa dalam kelompok belajar. Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari beberapa siswa.

Kemudian, guru memberikan panduan atau petunjuk yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas atau proyek. Selama proses belajar, guru dapat memfasilitasi diskusi dan interaksi antara siswa. Selain itu, guru dapat memberikan umpan balik atau evaluasi terhadap hasil kerja siswa dalam kelompok belajar.

Setelah selesai, siswa diminta untuk merefleksikan hasil yang telah dicapai. Refleksi ini dilakukan untuk memastikan bahwa siswa telah memahami konsep atau prinsip pembelajaran dengan baik. Selain itu, refleksi juga dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis


5. Inquiry-Based Learning

Inquiry-Based Learning atau Pembelajaran Berbasis Inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang menekankan pada penemuan pengetahuan melalui eksplorasi dan penemuan sendiri oleh siswa. Model ini sangat cocok untuk diterapkan dalam Kurikulum Merdeka yang menekankan pada pengembangan kemandirian siswa dalam belajar.

Dalam model Inquiry-Based Learning, siswa diberikan kebebasan untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri dan mengidentifikasi cara-cara untuk menjawabnya. Selama proses belajar, siswa melakukan eksplorasi, observasi, analisis, dan sintesis informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

Penerapan model Inquiry-Based Learning dalam Kurikulum Merdeka memiliki beberapa keuntungan. Pertama, siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih aktif dan berpartisipasi. Dalam model ini, siswa diajak untuk terlibat dalam proses penemuan pengetahuan sendiri. Hal ini akan memperkuat rasa ingin tahu dan motivasi belajar siswa.

Kedua, model Inquiry-Based Learning dapat memperkuat keterampilan kognitif siswa, seperti berpikir kritis, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam model ini, siswa diajak untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, dan menyusun jawaban sendiri. Hal ini akan memperkuat keterampilan kognitif siswa yang sangat penting dalam kehidupan nyata.

Ketiga, model Inquiry-Based Learning dapat memperkuat keterampilan sosial dan emosi siswa. Dalam model ini, siswa diajak untuk bekerja sama, berdiskusi, dan berbagi ide dengan teman-teman mereka. Hal ini akan memperkuat keterampilan sosial dan emosi siswa, seperti kerjasama, komunikasi, empati, dan pengambilan keputusan.

Keempat, model Inquiry-Based Learning dapat memperkuat keterampilan belajar mandiri siswa. Dalam model ini, siswa diajak untuk mengembangkan kemampuan untuk belajar sendiri tanpa tergantung pada pengajaran guru. Hal ini akan memperkuat kemandirian siswa dalam belajar dan memperkuat kemampuan mereka untuk memecahkan masalah secara mandiri.

Penerapan model Inquiry-Based Learning dalam Kurikulum Merdeka dapat dilakukan melalui beberapa langkah. Pertama, guru perlu mengajak siswa untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri berdasarkan pada topik pembelajaran yang diberikan. Selanjutnya, siswa melakukan eksplorasi dan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, atau sumber lainnya.

Setelah data dikumpulkan, siswa melakukan analisis dan sintesis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri. Selanjutnya, siswa dapat berbagi hasil kerja mereka dengan teman-teman mereka untuk mendiskusikan temuan-temuan mereka.

Terakhir, guru dapat memberikan umpan balik atau evaluasi terhadap hasil kerja siswa. Evaluasi ini dapat membantu siswa dalam memperbaiki dan memperkuat keterampilan dan pemahaman mereka tentang topik pembelajaran.


Kesimpulan

Demikian tadi 5 model pembelajan yang cocok dan bisa diterapkan oleg guru dalam kurikulum merdeka. Dalam penerapan model-model pembelajaran yang cocok dalam Kurikulum Merdeka, guru harus mengikuti beberapa langkah penting, yaitu: memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dalam menentukan tujuan pembelajaran. Dalam kurikulum merdeka guru benar-benar ditantang untuk kreatif termasuk dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran. 


Terima kasih sudah membuka alamat Cuannaga. Kalau Anda suka silahkan klik tautan bergabung di WA grup di bawah ini agar informasi bisa kamu dapatkan segera. 

Grup WA 1

Grup WA 2

Grup WA 3


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url